Jumat, 13 Januari 2012

Profil Habib Ali bin Soleh Al Atos

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh, disini saya pengen shere ni sama para sobat sekalian tentang profil seseorang yang tegas, wibawa, 'alim, dan yang membuat saya kagum terhadap diri beliau ialah, akhalnya yang indah dan menakjubkan.

Figur kita, yang kerap tampak di perhelatan spiritual para habib, kali ini adalah Habib Ali bin Soleh Alatas, ulama yang kental berdialek Betawi, pengasuh Majelis Taklim Ar-Ridwan, Bekasi Kidul. Ihwal kepiawaian Habib Ali membaca maulid karya Syekh Abdurrahman Ad-Diba’i ini berasal dari sang kakek, Habib Muhammad bin Muhsin Alatas, generasi pertama habaib yang menjejakkan kaki di Bekasi, dan ayahnya, Habib Soleh bin Abdullah Alatas.

Sang ayah, Habib Soleh Alatas, adalah keponakan sekaligus menantu Habib Muhammad bin Muhsin Alatas. Sebelum menetap di Bekasi, ia pernah merantau ke Jambi, dan sempat menikah dengan seorang gadis yang memberinya lima orang anak. Beberapa tahun kemudian, Habib Soleh kemudian menetap di Bekasi dan mendirikan majelis taklim Ar-Ridwan, yang diasuhnya hingga wafat pada malam Kamis, 10 Muharam, atau 23 Januari tahun 1975.

Di Bekasi, Habib Soleh menikah dengan putri pamannya, Habib Muhammad bin Muhsin Alatas, Syarifah Nur, yang kemudian memberinya tujuh orang putra-putri. Habib Ali sendiri lahir pada tahun 1950, putra sulung pasangan tersebut.

Dari sang mertua pula Habib Soleh pertama kali belajar melantunkan bait-bait maulid Ad-Diba’i, yang kemudian diturunkan kepada semua putra-putrinya. Meski kemudian hanya Habib Ali yang mewarisi kepiawaian sang ayahanda, menghafal dan melantunkan maulid Diba’.

Ketika Habib Soleh wafat pada 10 Muharam atau 23 Januari 1975, Habib Ali pun mulai sering diminta membaca maulid Diba’ di berbagai tempat. Ia juga melanjutkan kebiasaan sang Ayah, membaca maulid tersebut setiap malam Jumat di musala sebelah rumahnya. Dari seringnya membaca, Habib Ali pun akhirnya hafal di luar kepala.

Beliau selain diminta untuk membaca maulid, Beliau juga selalu diminta untuk mengisi dan mengajar suatu majles ta'lim untuk mengajarkan akhlak.

Beliau apabila mengajar ilmu yang di berikan ialah tak susah, dan mudah di cerna yaitu suatu akhlak dimana beliau yang tinggal di Jalan Kartini/Mayor Oking, Bekasi Kidul ini pernah berkata “Orang berilmu belum tentu berakhlak, tetapi orang yang berakhlak sudah tentu berilmu. Biar ilmunya banyak kalau akhlaknya rendah, rendah derajatnya. Dan sebaliknya, biarpun sedikit ilmunya tetapi tinggi akhlaknya, tinggi pula derajatnya.”

Memang benar perkataan beliau itu, seseorang yang berakhlak itu sudahlah pasti berilmu karena orang yag berakhlak pastilah mempunyai budi pekerti yang baik dan di senangi banyak orang, jadi orang pun tak engan untuk memberikan ilmunya untuk orang yang berakhlak.Tapi apabola orng yang tidak mempunya akhlak atau budi pekerti yang tidak baik maka orang yang ingin melihatnya pun enggan, aplagi orang ingin berbagi ilmu kepadanya.

iapun pernah berkata "Ciumlah tangan orang tu mu dan orang orang tu yang lainnya apabila bertemu dan berilah salam kepadanya, walau sekalipun ilmu yang kita miliki lebih tinggi juga pangkat kita yang lebih tinggi daripadnya". Nah dari situ kita dapat ambil pelajaran, yaitu kita tidaklah boleh sombong akan pangkat drajat yang kita miliki dan kekayaan yang kita punya terhadap orang lain.

NB; Bagi yang belum punya maulidnya bisa di download.




Related Post:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar